Jurusan Geografi FMIPA UNM Sukses Selenggarakan Webinar GEO-TALK: Pendidikan Kebencanaan sebagai Pilar Kesiapsiagaan

Makassar, 10 Oktober 2025 — Dalam upaya memperkuat kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana melalui pendekatan keilmuan geografi, Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelenggarakan webinar nasional bertajuk “Pendidikan Kebencanaan sebagai Pilar Kesiapsiagaan: Perspektif Geografi”. Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui platform Zoom Meeting ini dilaksanakan pada Rabu, 10 Oktober 2025, dan diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa dan dosen dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.

Webinar yang tergabung dalam rangkaian GEO-TALK ini dibuka secara resmi oleh Prof. Drs. Suwardi Annas, Ph.D., selaku Dekan FMIPA UNM. Dalam sambutannya, Prof. Suwardi menekankan pentingnya integrasi pendidikan kebencanaan dalam kurikulum geografi.

“Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Di tengah meningkatnya frekuensi bencana alam di Indonesia, peran geografi menjadi sangat strategis. Melalui pendidikan yang tepat, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya memahami fenomena bencana, tetapi juga mampu mengantisipasi dan meresponsnya secara bijak,” ujarnya.

Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada panitia pelaksana, narasumber, serta seluruh peserta yang telah turut serta dalam acara ini. “Kegiatan seperti ini harus terus dikembangkan sebagai bagian dari peran akademik dalam membentuk masyarakat tangguh bencana,” tambahnya.

Pada sesi pertama, Prof. UCA, S.Si., M.P., Ph.D., Dosen Jurusan Geografi FMIPA UNM sekaligus Wakil Dekan III FMIPA UNM, membawakan materi berjudul “Mitigasi Bencana Geologi dan Hidrologi: Peran Geografi dalam Mengurangi Risiko”. Dalam paparannya, Prof. UCA menjelaskan bahwa potensi bencana geologi seperti gempa bumi, erupsi gunungapi, dan longsor, serta bencana hidrologi seperti banjir dan tanah bergerak, masih menjadi ancaman serius di berbagai wilayah Indonesia.

Beliau menekankan bahwa pendekatan spasial dan analisis kerentanan wilayah—yang menjadi kekhasan ilmu geografi—harus dimanfaatkan secara optimal dalam penyusunan kebijakan mitigasi. “Dengan analisis peta risiko, pemahaman pola sebaran bencana, dan penilaian kapasitas masyarakat, kita bisa merancang strategi penanggulangan yang lebih efektif dan tepat sasaran,” jelasnya.

Prof. UCA juga mengungkapkan perlunya kolaborasi antarlembaga, keterlibatan komunitas lokal, dan peningkatan literasi kebencanaan sejak dini sebagai fondasi utama ketangguhan daerah.

Sesi kedua dibawakan oleh Dr. Andi Irwan Benardi, S.Pd., M.Pd., Dosen Geografi Universitas Negeri Semarang. Dalam materinya yang berjudul “Mengembangkan Pendidikan Geografi yang Berorientasi pada Kebencanaan dan Mitigasi Risiko”, Dr. Andi Irwan menyampaikan bahwa pendidikan kebencanaan harus menjadi bagian integral dari pembelajaran geografi di semua jenjang pendidikan.

“Kita tidak bisa terus-menerus bersikap reaktif. Pendidikan harus menjadi alat preventif utama. Di ruang kelas, mahasiswa dan siswa harus diajak untuk memahami bencana bukan sebagai ancaman yang menakutkan, tetapi sebagai fenomena alam yang bisa dipahami dan dikelola,” paparnya.

Beliau memaparkan sejumlah contoh model pembelajaran progresif, seperti penggunaan studi kasus bencana nyata, simulasi evakuasi, pembuatan peta partisipatif, serta integrasi teknologi geospasial dalam pembelajaran. Dr. Andi Irwan juga menyoroti perlunya revitalisasi kurikulum dan pelatihan guru agar mampu mengintegrasikan konten kebencanaan secara sistematis.

Webinar ini mendapatkan respons luar biasa dari kalangan akademik, ditandai dengan partisipasi aktif dari mahasiswa dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia Diskusi interaktif yang terbangun selama sesi tanya jawab menunjukkan tingginya minat terhadap topik ini.

Para peserta menyampaikan apresiasi atas keselarasan tema webinar dengan realitas kebencanaan di Indonesia serta relevansinya dalam konteks pendidikan kegeografian. Beberapa di antaranya bahkan mengusulkan agar kegiatan serupa dapat dilaksanakan secara rutin dan diadopsi menjadi program berkelanjutan oleh Jurusan Geografi FMIPA UNM.

Webinar GEO-TALK ditutup dengan harapan agar pendidikan kebencanaan tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga diwujudkan dalam kebijakan dan praktik pendidikan sehari-hari. Jurusan Geografi FMIPA UNM berkomitmen untuk terus menjadi pelopor dalam pengembangan pendidikan geografi yang berkelanjutan, adaptif, dan berorientasi pada kemanusiaan serta ketahanan lingkungan.

“Dengan bekal pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan yang tepat, generasi muda Indonesia dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan masyarakat yang tangguh bencana,” tutup koordinator kegiatan dari Jurusan Geografi.

Acara ini menjadi bukti nyata bahwa geografi bukan hanya ilmu tentang peta dan wilayah, tetapi juga kekuatan transformasi sosial melalui edukasi kebencanaan yang mendalam dan berkelanjutan.

Leave a Reply